Komplek Belakang Ruko di Pasaman, yang dulunya menjadi pusat kegiatan seni dan olahraga, kini terbengkalai. Fasilitas yang rusak, rumput liar yang menjulang, air yang menggenang akibat drainase buruk, serta coretan vandalisme menjadi pemandangan sehari-hari. Padahal, lokasi ini memiliki potensi besar untuk direvitalisasi menjadi creative hub yang dapat menghidupkan kembali semangat kreatif masyarakat, khususnya generasi muda.
Creative hub merupakan ruang kolaboratif yang menyediakan fasilitas seperti ruang kerja bersama, studio, dan pelatihan yang mendukung pelaku industri kreatif untuk berkembang dan berjejaring. Inisiatif serupa telah berhasil diimplementasikan di berbagai daerah, seperti Jakarta Creative Hub dan Papua Youth Creative Hub, yang menjadi pusat pengembangan talenta lokal dan penggerak ekonomi daerah.
Pemerintah daerah baru di bawah kepemimpinan Welly Suhery dan Parullian Dalimunthe, dengan tagline “Pasaman Bangkit”, memiliki peluang emas untuk menjadikan revitalisasi Komplek Belakang Ruko sebagai proyek percontohan. Dengan mengadopsi konsep creative hub, mereka dapat menciptakan ruang yang mendukung pertumbuhan UMKM, pelatihan keterampilan, dan kolaborasi antar pelaku kreatif. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat dalam mendorong pembangunan creative hub di berbagai daerah sebagai bagian dari strategi pengembangan ekonomi kreatif nasional.
Pertanyaan:
Apakah kita akan membiarkan potensi besar Komplek Belakang Ruko terus terabaikan, ataukah saatnya kita bersama-sama mengubahnya menjadi pusat kreativitas yang menggerakkan Pasaman menuju masa depan yang lebih cerah?
Narator: Rizki Montheza