Kisah Pilu ‘Kuburan Duo’ Pasaman: Bukti Nyata Fatalnya Beda Bahasa dan Kesalahpahaman

KUBURAN DUO KUBURAN DUO

PASAMAN – Di Pasaman, daerah yang kaya akan keberagaman suku dan budaya, terdapat sebuah cerita rakyat legendaris yang membawa pesan mendalam tentang pentingnya toleransi, pengertian, dan komunikasi. Kisah ini dikenal sebagai “Kuburan Duo”, yang lokasi aslinya diyakini berada di sekitar Belok Gadang, Kecamatan Panti, Pasaman.

Kisah yang telah diceritakan turun-temurun ini bukan sekadar dongeng, melainkan refleksi pahit dari realitas perbedaan bahasa yang berujung pada tragedi.

Pertemuan di Tengah Hutan dan Satu Rusa Buruan

Cerita “Kuburan Duo” berlatar pada masa lampau, di mana dua orang pemburu dari latar belakang etnis yang berbeda bertemu secara tidak sengaja di hutan. Satu pemburu berasal dari daerah Panti, yang mayoritas berbahasa Minangkabau. Sementara pemburu lainnya berasal dari Cubadak atau Simpang Tonang (wilayah yang lebih dekat ke Mandahiling), yang berbahasa Mandahiling.

Mereka bertemu saat sama-sama sedang mengejar seekor rusa. Sadar bahwa menangkap rusa lebih mudah jika bekerja sama, keduanya pun memutuskan berburu bersama.

Sayangnya, persatuan mereka tidak bertahan lama. Setelah berhasil melumpuhkan rusa, masalah muncul saat mereka mencoba berkomunikasi mengenai pembagian hasil buruan.

Kesalahpahaman yang Berujung Maut

Puncak konflik terjadi karena perbedaan pemahaman bahasa. Dilansir dari berbagai sumber cerita rakyat lokal, salah satu pemburu berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti secara utuh oleh yang lain, dan sebaliknya.

Dalam salah satu versi cerita, pemburu yang berbahasa Minang mungkin mencoba mengatakan sesuatu, namun ucapan tersebut ditafsirkan oleh pemburu Mandahiling sebagai penghinaan atau ejekan. Demikian pula sebaliknya.

Frustrasi akibat salah tafsir dan emosi yang memuncak, yang seharusnya menjadi pembagian hasil buruan malah berubah menjadi pertengkaran sengit. Tragisnya, karena emosi dan kesalahpahaman yang didorong oleh perbedaan bahasa, kedua pemburu tersebut akhirnya terlibat perkelahian brutal hingga tewas saling tusuk.

Pesan Kuburan Duo untuk Pasaman Hari Ini

Mayat kedua pemburu yang ditemukan dalam posisi saling membunuh oleh rombongan pejalan kaki ini kemudian dikuburkan secara bersamaan dalam satu liang. Lokasi kuburan ganda inilah yang kemudian dikenal sebagai “Kuburan Duo” atau Kuburan Dua.

Meskipun gundukan tanah yang diyakini sebagai kuburan tersebut kini mungkin sudah tidak ada akibat perluasan jalan atau erosi, kisah “Kuburan Duo” tetap lestari. Ia bukan sekadar kisah horor atau sejarah, melainkan monumen verbal tentang betapa fatalnya sebuah kesalahpahaman.

Pesan terpenting dari kisah ini, yang sangat relevan untuk Kabupaten Pasaman yang memiliki multietnis (Minang, Mandahiling, Jawa, dll.), adalah: pentingnya mengerti maksud ucapan orang lain secara tepat, bukan hanya bunyi bahasanya.

Kisah Kuburan Duo mengajarkan bahwa persatuan dan toleransi harus dilandasi oleh komunikasi yang jernih dan niat baik untuk memahami. Di tengah dinamika sosial Pasaman yang beragam, cerita ini menjadi pengingat abadi agar perbedaan, terutama bahasa dan budaya, jangan sampai kembali menjadi pemicu konflik, melainkan harus dirayakan sebagai kekayaan yang mempersatukan.


Disadur dari berbagai sumber cerita rakyat lokal Pasaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *