PASAMAN – Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, terus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana melalui program edukasi mitigasi bencana sejak dini. Langkah ini difokuskan kepada pelajar, termasuk anak usia dini, sebagai bagian dari strategi membangun budaya tangguh bencana di wilayah yang dikenal memiliki tingkat risiko tinggi.
Kegiatan edukatif tersebut berlangsung di Lubuk Sikaping, melibatkan ratusan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD hingga PAUD dan TK. Tujuannya adalah membentuk karakter anak yang siap, peduli lingkungan, dan mampu mengenali potensi bahaya di sekitarnya sejak dini.
Bupati Pasaman Welly Suhery menuturkan bahwa edukasi kesiapsiagaan ini merupakan bentuk nyata tanggung jawab pemerintah dalam melindungi masyarakat. “Mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab instansi tertentu, tapi kewajiban hukum yang melekat pada pemerintah untuk memastikan keselamatan warganya,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan implementasi dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kebencanaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 serta Permendagri Nomor 101 Tahun 2018.
Pasaman Daerah Rawan Bencana
Pasaman dikenal memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi. Berdasarkan data BPBD, daerah ini memiliki indeks risiko bencana 177,65 dan indeks ketahanan 0,31, dengan sembilan jenis ancaman bencana seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, abrasi, hingga angin puting beliung.
Sebagai respon terhadap kondisi tersebut, Pemkab Pasaman meluncurkan program unggulan “Nagari Tangguh Bencana”, yang menjadi bagian dari 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati. Program ini menitikberatkan pada penguatan kesiapsiagaan di tingkat desa atau nagari sebagai garda terdepan dalam menghadapi ancaman bencana.
Edukasi Inovatif Lewat Cerita dan Simulasi
Dalam rangkaian peringatan HUT ke-80 Kabupaten Pasaman tahun 2025, BPBD Pasaman menggelar kegiatan simulasi mitigasi bencana untuk anak-anak PAUD dan TK di GOR Tuanku Rao, Lubuk Sikaping. Sekitar 100 anak mengikuti kegiatan yang dikemas secara menyenangkan agar mudah dipahami.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pasaman, Wenny Thamsil, menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan metode mendongeng sebagai pendekatan edukatif. “Melalui cerita, anak-anak belajar cara sederhana menghadapi situasi darurat, seperti melindungi kepala saat gempa atau mencari tempat tinggi ketika banjir,” ujarnya.
Selain itu, anak-anak juga diperkenalkan dengan berbagai alat kesiapsiagaan dan perlengkapan evakuasi, seperti perahu karet serta peralatan pemadam kebakaran. “Kami juga melibatkan personel Damkar agar anak-anak mengenal bahaya kebakaran dan tahu cara menghindarinya,” tambah Wenny.
Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya membangun kesadaran akan bencana, tetapi juga menanamkan nilai karakter, rasa peduli, dan keberanian dalam menghadapi situasi sulit. “Bencana memang tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya bisa diminimalkan dengan pengetahuan dan kesiapan sejak dini,” katanya menutup.
Sumber: Antara News
